11 Proven Strategies for Employee Engagement During Recession

Keterlibatan karyawan selama resesi memainkan peran yang sangat penting. Jelajahi 8 strategi yang telah terbukti untuk mempertahankan karyawan terbaik selama penurunan ekonomi.

Recessions test more than just financial resilience—they test the strength of your people and culture. As businesses tighten budgets and brace for uncertainty, employee engagement often becomes one of the first casualties. But disengaged employees can cost companies far more than they save, especially when performance dips, morale drops, and quiet quitting begins to spread.

According to Gallup, 85% of employees globally are already disengaged—and during a recession, that number can grow quickly if not addressed. So, the real question is: how do you keep your workforce motivated when resources are limited, and job security feels uncertain?

In this blog, we explore practical, cost-effective strategies to maintain high levels of employee engagement—even during an economic downturn. From recognition and well-being to communication and collaboration, these are the tools you need to turn challenging times into opportunities for connection, resilience, and growth.

How the current recession is affecting employee well-being

Recessions don’t just impact businesses—they take a significant toll on the emotional, mental, and financial health of employees. With layoffs, hiring freezes, and budget cuts looming, many workers are left feeling anxious, overworked, and uncertain about their future.

Here’s how the current recession is influencing employee well-being:

1. Increased financial stress

Rising inflation, stagnant wages, and the threat of job loss have created a perfect storm for financial anxiety. Employees are worried about making ends meet, leading to decreased focus, productivity, and engagement at work.

2. Burnout from leaner teams

As organizations try to do more with less, remaining employees often shoulder extra responsibilities. This workload imbalance contributes to chronic stress, burnout, and a sense of being undervalued or overextended.

3. Mental health decline

Uncertainty and instability naturally affect mental health. Many employees report feelings of depression, isolation, or emotional fatigue, especially in hybrid or remote setups where support may feel distant.

4. Reduced access to benefits

Some companies respond to economic pressure by trimming perks and wellness initiatives—ironically, just when employees need them most. The loss of these benefits can significantly impact morale and perceived support from leadership.

5. Fear of speaking up

Job insecurity often leads to a “keep your head down” mindset, where employees hesitate to voice concerns or ask for help. This can lead to disengagement, silent suffering, and increased turnover in the long term.

💬
What can organizations do?

The first step is acknowledging the reality of recession-related stress and its impact on your workforce. By openly discussing challenges, offering support through well-being programs, and using tools like Empuls to measure employee sentiment and provide timely recognition, companies can build resilience and empathy into their culture.

Supporting your employees’ well-being during a downturn isn’t just the right thing to do—it’s a strategic move to retain your top talent and keep your organization stable through uncertain times.

Employee engagement during recession: The right thing to do in 2025

Masa resesi baru saja dimulai, dan tidak ada yang tahu sampai kapan resesi ini akan berlangsung! Dan dengan adanya penurunan ekonomi, perusahaan tidak hanya menghadapi kerugian finansial, tetapi juga rendahnya keterlibatan karyawan.

Jadi, bagaimana Anda menjaga karyawan Anda tetap termotivasi ketika sumber daya terbatas dan keamanan kerja dipertaruhkan? Ada banyak cara, mulai dari bersikap transparan dan berfokus pada kesejahteraan karyawan hingga mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja dan masih banyak lagi.

Beberapa industri sedang berupaya membangun program retensi karyawan yang lebih kuat untuk mengelola para eksekutif berbakat. Organisasi dapat dengan terampil mengurangi dampak resesi dengan membangun cara-cara yang inovatif dan efektif untuk keterlibatan karyawan.

Berikut ini adalah beberapa strategi untuk mempertahankan karyawan terbaik dan mengurangi kerugian selama penurunan ekonomi.

1. Transparansi dalam komunikasi & umpan balik

Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang memilih model hibrida, komunikasi telah menjadi jalur utama. Komunikasi yang jelas dengan karyawan dapat menghindari kesalahpahaman, gangguan profesional, dan ketidakpuasan antara karyawan dan perusahaan. Selain itu, eksekutif SDM dapat dengan mudah meningkatkan semangat kerja karyawan dan menghindari masalah kesehatan mental yang besar dengan melakukan percakapan yang realistis tentang perubahan yang akan terjadi di lingkungan tenaga kerja.

Dalam banyak kasus, percakapan yang krusial dan sulit seperti itu bisa menjadi pembuka mata bagi eksekutif HR dan membantu mereka menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dengan umpan balik dan masukan dari karyawan. Tim HR dapat menyampaikan prioritas, tujuan, visi, dan harapan perusahaan di masa-masa penuh tekanan kepada karyawan demi terciptanya alur kerja yang konsisten.

2. Pemberdayaan dalam kerja tim

Banyak organisasi memanfaatkan waktu henti dengan memberdayakan budaya tim untuk kinerja dan produktivitas yang lebih baik. Karyawan biasanya mendapatkan kewarganegaraan organisasi jika mereka menikmati ritual kerja, yang menambah makna pada pekerjaan mereka dan menghasilkan rasa memiliki. Aktivitas tim mendorong ikatan tim, meningkatkan komunikasi di antara rekan kerja, dan memotivasi persaingan yang sehat di antara karyawan.

Manajemen dapat memanfaatkan waktu-waktu seperti itu untuk menciptakan platform yang jelas, terutama bagi karyawan yang bekerja jarak jauh, untuk berinteraksi dengan semua orang. Anggota tim dapat meningkatkan keterampilan mereka dengan belajar dari satu sama lain, menantang pola pikir kreatif mereka, dan memonitor pertumbuhan mereka sendiri. Hasilnya, tim dengan ikatan yang lebih baik akan bekerja lebih efisien.

3. Pengakuan & penghargaan

Ketidakpastian memperkuat kebutuhan akan retensi karyawan. Biaya orientasi dan pelatihan karyawan baru lebih tinggi daripada berinvestasi pada karyawan yang sudah ada. Oleh karena itu, untuk mempertahankan karyawan yang berkinerja tinggi, mengevaluasi dan mengasah dedikasi, komitmen, dan bakat mereka dengan berbagai cara penghargaan diperlukan. Penurunan ekonomi merupakan kesempatan yang tepat bagi perusahaan untuk menunjukkan dukungan mereka dan memberikan stabilitas kepada karyawan mereka dengan mengatur tujuan dan program pencapaian.

Eksekutif SDM dapat mengembangkan metode unik untuk memastikan karyawan merasa dihargai, seperti program pencapaian karyawan, kenaikan gaji, tunjangan, bonus, dll. Menunjukkan rasa terima kasih pada saat dibutuhkan akan menunjukkan kepercayaan diri dan keyakinan pada karyawan, yang akan menghasilkan niat baik.

That’s where Empuls steps in—as an all-in-one platform to recognize, reward, and retain top talent during challenging times. With features like automated milestone celebrations, peer-to-peer recognition, goal-based rewards, and a global catalog of perks, Empuls helps HR teams create meaningful moments that boost morale and loyalty.

Even in a downturn, showing appreciation doesn’t have to slow down—it just needs to get smarter.

4. Pelatihan pengembangan karier

Selama masa resesi, berinvestasi dalam program pengembangan karier menunjukkan minat perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan dan keberadaan mereka dalam jangka panjang. Karyawan dengan kinerja terbaik kemungkinan besar akan bertahan jika mereka melihat adanya peluang untuk memperluas wawasan dengan pengetahuan, pengalaman, dan pengembangan.

Training-driven organizations tend to have higher employee retention, job satisfaction, and market & leadership value. Such an environment inspires employees to achieve higher goals and learn things out of their comfort zone.

Additionally, economic downtime is the perfect time to become creative in upskilling. This growth-based strategy earns the attention of a large number of potential candidates in the market.

5. Gamify goals and achievements

When motivation is low, a little fun can go a long way. Gamification adds a layer of excitement to routine tasks by turning goals into challenges and progress into achievements. From leaderboards and badges to small rewards for meeting milestones, gamifying work helps keep teams engaged and driven—even when the external outlook isn’t the brightest.

Use platforms like Empuls to create healthy competition, recognize wins in real-time, and make everyday contributions feel celebrated. In a time where morale may be fragile, turning progress into play can uplift spirits and keep the momentum going.

6. Focus on employee well-being

An increasing number of companies are taking more interest in uplifting their staff.

Organizations are proactively investing in comprehensive medical benefits (i.e., paternity & maternity leaves, insurance, etc.), financial management seminars (i.e., investment & savings ideas), extra-curricular activities(i.e., community services, fun activities, annual gatherings, etc.) to reduce stress from staff’s shoulders and encourage a friendly environment where everyone is considered equally important.

Thus, employees can optimize these benefits during a money-crunch period or help others.

7. Encourage cross-functional collaboration

Recession periods often call for innovation and agility. One effective way to foster both is by breaking down silos and encouraging employees to collaborate across departments. Cross-functional projects not only spark creativity but also give employees a sense of shared purpose and visibility beyond their immediate teams.

Employees gain fresh perspectives, develop new skills, and feel more connected to the organization’s broader goals. It also builds a culture of teamwork and problem-solving, which can be especially energizing during uncertain times.

8. Foster flexible workforce

Para eksekutif SDM harus menemukan cara-cara kreatif untuk meningkatkan keterlibatan karyawan selama resesi. Setelah pandemi, lebih dari separuh (53%) karyawan memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan mereka di atas pekerjaan. Segera setelah itu, perusahaan menerima model kerja hibrida dan kerja jarak jauh untuk memastikan perusahaan memenuhi harapan karyawan.

Tidak hanya itu, perusahaan juga dapat menyertakan layanan tertentu untuk membuat karyawan merasa nyaman. Misalnya, pusat penitipan anak & layanan gym di tempat kerja, peningkatan adaptasi kerja jarak jauh, cuti panjang & cuti studi untuk pengembangan karyawan, dll. Fasilitas-fasilitas dalam kebijakan perusahaan seperti itu dapat membuat karyawan merasa dilihat dan didengar. Dengan demikian, perusahaan dapat menghasilkan generasi karyawan yang bertanggung jawab dan bertanggung jawab.

9. Promote work-life balance

Baru-baru ini, Forbes mengutip 'Kurangnya batasan kehidupan kerja yang sehat' sebagai salah satu alasan utama karyawan meninggalkan pekerjaan mereka. Memprioritaskan kesehatan mental dan fisik selama masa kesulitan keuangan akan mengubah cara karyawan memandang perusahaan dan pekerjaan mereka.

Memastikan batasan kehidupan kerja yang sehat selama resesi menciptakan pengalaman karyawan yang positif, yang akan terbayar dalam jangka panjang. Pemimpin SDM dapat merencanakan kegiatan untuk memecah rutinitas monoton di tempat kerja, seperti kegiatan membangun tim, jam hiburan, dll. Banyak perusahaan mengadaptasi program kebahagiaan karyawan untuk mempertahankan waktu istirahat yang sehat dengan tenaga kerja yang kuat.

10. Address stress management

Companies can enhance employee experience through positive learning, culture, diversity, equity, performance development, and connection. Consistent and clear communication on workflow management, goals & targets during recession time keep employees in the loop and make them worry less.

HR leaders can come up with distinctive ideas to adopt microbreaks strategies to maintain productivity and employee health. Other than this, companies can conduct multiple health-related initiatives like meditation, yoga, regular meetings, mindful games, etc., to avoid stressful meltdowns.

11. Encouraging employee feedback and input

Mendorong umpan balik dan masukan dari karyawan adalah cara yang efektif untuk melibatkan karyawan di kantor. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan:

  • Regular surveys

Melakukan survei karyawan secara rutin adalah cara yang bagus untuk mengumpulkan umpan balik dan memahami kebutuhan karyawan Anda. Umpan balik ini kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan lingkungan kerja dan membuat perubahan yang akan bermanfaat bagi semua orang.

  • Open-door policy

Mendorong karyawan untuk berbicara dan berbagi pendapat dapat dilakukan melalui kebijakan pintu terbuka, di mana karyawan merasa nyaman untuk mendekati manajer mereka dengan masalah atau ide apa pun.

  • Employee focus groups

Kelompok fokus karyawan dapat diselenggarakan untuk memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berbagi pemikiran dan pendapat tentang topik tertentu dalam suasana yang lebih terstruktur.

  • Suggestion boxes

Kotak saran fisik atau digital dapat ditempatkan di sekitar kantor, sehingga karyawan dapat berbagi ide dan umpan balik secara anonim.

  • Employee roundtables

Roundtable karyawan adalah forum di mana karyawan dapat berkumpul untuk mendiskusikan ide, menyuarakan keprihatinan, dan memberikan umpan balik kepada manajemen dalam lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam.

Dengan memudahkan karyawan untuk memberikan umpan balik, perusahaan dapat menumbuhkan lingkungan kerja yang terlibat dan produktif serta menciptakan budaya yang menghargai masukan dari karyawan.

Contoh bagaimana beberapa perusahaan melibatkan karyawan selama resesi

Beberapa perusahaan berhasil dalam hal keterlibatan karyawan bahkan selama masa resesi. Mari kita lihat perusahaan mana saja dan bagaimana mereka melakukannya:

1. Patagonia

Patagonia, Inc. adalah peritel pakaian luar ruangan asal Amerika. Mereka menghargai karyawan dan memprioritaskan kesejahteraan mereka selama resesi. Mereka tetap memberikan gaji, tunjangan Perusahaan, dan kesempatan untuk pengembangan karyawan. Selain itu, Perusahaan menginformasikan kepada karyawannya tentang status dan rencana keuangan saat ini. Hal ini membantu mereka membangun kepercayaan dan menjaga semangat kerja karyawan.

2. Zappos

Zappos.com adalah peritel sepatu dan pakaian online Amerika yang berbasis di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Perusahaan ini dikenal dengan budaya perusahaannya yang unik, yang tidak berubah selama resesi. Mereka terus menawarkan pertumbuhan dan perkembangan kepada karyawan mereka dengan lingkungan kerja yang fleksibel. Mereka juga mengimplementasikan program-program untuk mendukung karyawan seperti dukungan kesehatan mental dan layanan perencanaan keuangan.

3. HubSpot

HubSpot adalah pengembang perangkat lunak yang berbasis di Amerika Serikat untuk pemasaran, penjualan, dan layanan pelanggan. HubSpot telah diakui atas upayanya untuk melibatkan karyawan selama resesi. Mereka menawarkan kerja yang fleksibel, kesempatan untuk berkembang, dan lingkungan kerja yang mendukung. Juga, pada saat itu perusahaan.

4. Tenaga penjualan

Salesforce Inc. is an American cloud-based software company headquartered in San Francisco, California. It provides CRM software and Tools that focused on sales, customer service, marketing automation, analytics. Salesforce has a strong culture of engagement, which has not changed during the recession.

They offered competitive salaries, benefits, and opportunities for professional development. In addition, Salesforce has implemented programs such as mental health support and financial planning services. The company has also been transparent and has made a point to keep its employees informed about future plans.

Berikut ini adalah contoh-contoh perusahaan yang telah berhasil melibatkan karyawannya selama masa resesi. Sebagai hasilnya, mereka memberikan dukungan dan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang meskipun menghadapi tantangan resesi.

Power through the recession with Empuls: Your all-in-one employee engagement solution

In times of economic uncertainty, engaging your workforce isn’t optional—it’s essential. As budgets tighten and anxiety rises, companies that invest in employee connection, communication, and recognition are the ones that come out stronger. That’s exactly where Empuls shines.

Empuls is an AI-powered employee engagement platform designed to help organizations foster a people-first culture, even in a recession. Whether you’re struggling with quiet quitting, disengagement, or retention, Empuls offers all the tools you need to keep morale high and teams aligned.

Here's how Empuls supports recession-ready engagement:

  • 🎯 Pulse & engagement surveys: Understand what your employees are feeling in real time. Empuls makes it easy to run eNPS, pulse checks, and lifecycle surveys, helping HR leaders identify issues early and take corrective action.
  • 🗣️ Exit & feedback surveys: Don’t let valuable insights walk out the door. With Empuls exit surveys, you can learn why employees are leaving and use the data to improve retention strategies before it's too late.
  • 🏆 Recognition & rewards: Budget-friendly recognition doesn’t mean impersonal. With peer-to-peer shoutouts, AI-powered nudges, milestone awards, and a global rewards catalog, Empuls helps you show appreciation consistently—even when money is tight.
  • 📣 Internal communication hub: In a hybrid world, clarity is everything. Empuls' social intranet and town hall tools keep employees informed, aligned, and connected across departments and geographies.
  • 🧘‍♂️ Well-being & perks: Offer meaningful perks like early wage access, tax-saving benefits, and discounts on wellness, learning, and lifestyle services—all within the Empuls platform.

📈 Engage, recognize, and retain—even in a downturn

Companies like Salesforce and HubSpot have shown that engaged employees weather recessions better. With Empuls, you get a proven platform that helps you listen, act, and inspire your people—even when times are tough.

Ready to recession-proof your engagement strategy? Explore Empuls and turn every challenge into an opportunity to build a stronger, more connected workplace.

Intinya

Mempertahankan talenta adalah upaya yang terus berkembang bagi perusahaan untuk menghindari kemunduran yang signifikan. Itulah sebabnya banyak industri yang secara konstan menggunakan dukungan berbagai alat bantu SDM dan terus memantau kebutuhan karyawan dan pembaruan pasar.

Setelah menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak pasti seperti pandemi, resesi, penutupan bisnis, dan lain-lain, perusahaan harus secara strategis merencanakan langkah yang santai untuk situasi yang tidak pasti untuk menghadapinya dengan cerdik dan mengurangi dampak pada pergantian karyawan. Strategi yang disebutkan di atas adalah langkah-langkah yang berwawasan luas untuk mempertahankan keterlibatan karyawan dengan memperhatikan tujuan-tujuan yang sepele.

Artikel terkait

Jadikan kisah pertumbuhan Anda bermanfaat

Terhubung dengan pakar jaringan kami untuk mendukung bisnis Anda dengan penghargaan, insentif, dan infrastruktur pembayaran global kami

Bicaralah dengan ahlinya